slot gacor
slot gacor
slot dana
slot gacor
slot gacor

Bicaramusik.id

Banner 728 X 90
Mengingat Penyanyi Jaz Wanita Indonesia yang Sempat Berjaya
  • By : admin
  • 2022-03-18

Mengingat Penyanyi Jaz Wanita Indonesia yang Sempat Berjaya

Bicaramusik.id - Mendengar kata jaz terbesit dipikiran kita pasti teringat penyanyi berpakaian necis, di sebuah bar dengan stand mikrofon menjulang, dan terdapat bas betot besar di ujung panggung, bisa jadi hal itu benar dan faktanya begitu. Meski musik jaz identik dengan suasana yang grande, dan pendengarnya biasanya orang-orang urban, walau tidak menutup kemungkinan irama jaz pernah menjadi satu-satunya pilihan musik paling yang bisa dinikmati di Indonesia kala itu.

Jika kita mendengar lagu-lagu Indonesia antara tahun "50-an hingga "60-an, musik-musik populer saat itu didominasi dengan irama Jaz. Sebut saja lagu "Aksi Kucing" dan "Letnan Hardi" dari Nien Lesmana, atau lagu "Djauh" ciptaan Benny Pablo yang dibawakan Nina Kirana. Bila mendengar irama-irama lagu tersebut, kita seperti diajak menonton film Disney dengan kartun jadulnya, atau ibarat menghangatkan diri di depan bara api di musim dingin sembari diiringi nyanyian dari gramofon.

Namun, ke mana penerus penyanyi-penyanyi itu? Mereka sempat menghilang di dekade "70-an, karena dasawarsa itu dikuasi musik rok dan pop-pop sendu. Penyanyi jaz saat itu tak berkibar dan menguasai panggung publik seperti era Bung Karno dahulu, mereka banyak berdiam di bar atau lounge di hotel-hotel mewah. Hingga di pertengahan "80-an, musik-musik berirama jaz dengan penambahan kemasan instrumen, kembali menjajaki pasar musik Indonesia. Tapi masa ini tak terlalu lama, berangsur-angsur penyanyi jaz kembali tak menunjukkan taring. Apalagi di dasawarsa 1990-an hingga 2000-an industri musik Indonesia dijajaki banyak genre musik seperti RnB, punk, dangdut, remix atau pop itu sendiri yang semakin menggeser jaz sebagai pilihan utama.

Dewasa ini juga sulit jika menyebutkan siapa saja penyanyi jaz wanita, karena kebanyakan mereka tidak paten menyebutkan diri sebagai penyanyi jaz, padahal ada beberapa penyanyi yang memang berlatar belakang penyanyi jaz. Mungkin sebagian yang kita kenal ada Rieka Roslan, Raisa, Nesia Ardi, Yura Yunita, Andien, atau Citra Scholastika yang saat ini masih memasukkan sedikit banyak unsur jaz dalam musik mereka. Berikut akan penulis rangkum beberapa penyanyi jaz wanita yang sempat berkibar, dan menguasi panggung hiburan di era-nya.

Diah Iskandar

Diah lahir tanggal 12 Februari 1947, di Jakarta. Diah memulai karier bernyanyi sejak 1960-an. Bakat bernyanyi Diah didukung oleh ayahnya seorang pencipta lagu, Iskandar, dan semakin matang berkat diasah oleh guru vokalnya yang bernama Surti Suwandi, Ny. Rotai, dan Ny. Catharina Leimena Wiriadinata.

Namanya makin populer saat ia memenangkan perlombaan bernyanyi saat ulang tahun Tunas Mekar RRI tahun 1961, dan Diah mendapatkan juara kedua setelah Elly Kasim, yang kemudian hari sama-sama menjadi penyanyi kondang Tanah Air. Awal rekamannya terjadi di tahun 1963, saat bersama band ayahanda, Arulan, merekam album Bila Kulupa yang dikomandoi bendera Dimita Records.

Sejak saat itu nama Diah Iskandar semakin wara-wiri benyanyi dari panggung kepanggung, puncaknya saat Diah merilis lagu "Surat Undangan" tahun 1968, lagu ini pula sering dibahas karena dimiripkan dengan lagu "I'll Be There" milik Jackson 5 yang dirilis 1970. Lagu itu nyaris kebakaran saking meledaknya, bahkan namanya dielu-elukan sebagai Connie Francis asal Indonesia. Tahun 2012 Diah melepas album Potret Kasih yang telah dibuat versi terbaru, dan mendapatkan Platinum Records.

Margie Segers

Penyanyi mungil dengan suara berat dan serak, Margie Segers, lahir dari pasangan Maria Pietersz seorang penyanyi gereja dan Anton Seger, seorang Belgia yang piawai bermain gitar hawaian dan keroncong. Tentu saja wanita dengan nama lahir Margaretta Gerttruda Maria tersebut, mendapatkan darah seni dari kedua orangtuanya, ditambah saat masa kanak-kanak ia pindah ke Belanda dan banyak mendengarkan musik-musik jaz di sana.

Awal mula Margie bernyanyi di Indonesia, ia berduet bersama saudaranya Jimmy dan sering menyanyikan lagu-lagu berirama blues. Memasuki dekade 1970-an, bakat bermusik Margie semakin matang setelah bertemu Jack Lesmana, Bubi Chen, dan Mang Udel.

Pada 1975, Margie memulai rekaman lagu-lagu jaz yang diproduseri oleh Jack Lesmana. Sejak saat itu penyanyi kelahiran Cimahi, 16 Agustus 1950 tersebut, sering menerima tawaran bernyanyi di kelab malam dan hotel berbintang di Jakarta, seperti LCC, Flaminggo, Maxim, dan Hotel Indonesia. Menjelang Natal lalu, Margie sempat terlihat membawakan lagu "White Christmas" dengan penampilan suara yang masih prima.

Rien Djamain

Suara lembut dengan vokal yang tipis identik dengan penyanyi yang kerap membawakan lagu-lagu jaz Latin dan bosanova, Rien Djamain. Kepiawaiannya bernyanyi ditemukan oleh, lagi-lagi, Jack Lesmana. Ayah dari Mira dan Indra Lesmana tersebut, mengajak Rien bernyanyi di acara Nada dan Improvisasi Jack Lesmana yang diadakan oleh TVRI Jakarta era 1970-an.

Di tahun 1976 Margie dibuatkan album rekaman pertamanya dengan judul Api Asmara, album ini cukup sukses disegmentasi pasar penikmat jaz. Tahun 1978, Rien merekam album keduanya yang bertajuk Air Mata, dan meluncurkan album ketiga yang diberi nama Tuan dan Kamu di tahun 1979. Sepanjang dekade itu nama Rien selalu masuk menjadi rekomendasi penyanyi jaz papan atas.

Penyanyi kelahiran Makassar, 18 April 1956 tersebut, masih rajin berkolaborasi dengan musisi-musisi muda, salah satunya ia terlibat kolaborasi bersama Mondo Gascoro membawakan lagu "Dian Asmara" tahun 2019 lalu.

January Christy

Penyanyi jaz wanita era 1980-an pasti akan berkiblat kepada January Christy. Penyanyi berambut pixie haircut, kelahiran Bandung, 17 Januari 1958 ini, memulai karier musik profesionalnya di album Melayang bersama Deddy Dhukun dan Dian Pramana Poetra tahun 1986. Album ini meledak di pasaran, disusul dengan album Aku Ini Punya Siapa yang sama-sama super meledak di tahun 1987. Pengaruh Christy di level penyanyi jaz saat itu, membuat BASF Awards membuka kategori baru yaitu Kategori Jazz-Pop, hal ini tentu untuk mengakomodir ranah bermusik Christy.

Tak pelak, Christy menjadi penyanyi jaz wanita pertama yang mendapatkan penghargaan Penyanyi Jaz Terbaik BASF Awards tahun 1987. Penghargaan ini memantapkan Christy menjadi penyanyi jaz kenamaan. Namanya melambung tinggi hingga tak ada yang berani menggeser, jika adapun biasanya mereka tak terlalu berani bermain di ranah musik Christy. Apalagi musisi-musisi besar seperti Erwin Gutawa, Harry Kiss, James F. Sundah, menggaet Christy sebagai penyanyi kesayangan.Namun, kini Christy telah berpulang kepangkuan Tuhan di tahun 2016 lalu. Meski demikian tidak membuat orang-orang terdekatnya melupakan Christy. Bahkan di bulan Januari lalu, tim dari Prosound Records dan Trinity Optima Production merilis lagu-lagu yang sempat direkam Christy di tahun 1985, tapi tak diedarkan. Album bertajuk Unreleased Tracks From 1985 ini mendapat apresiasi positif dari penggemar January Christy.

Ermy Kullit

Ermy Maryam Nurjannah Kullit atau Ermy Kullit, penyanyi asal Manado kelahiran 13 Mei 1955 ini terkenal sebagai penyanyi Jaz bersuara serak. Ermy menjajaki kariernya sebagai penyanyi pernikahan di kota Manado sejak ia masih remaja, namanya sudah populer saat itu. Hingga tahun 1973 Ermy hijrah ke Jakarta, dan diterima sebagai penyanyi di Hotel Marcopolo bersama Melky Goeslaw.

Di tempat itu Ermy banyak berkenalan dan belajar dengan musisi-musisi senior seperti Rudy Damhudi dan Ivo Nelakresna. Dari Marcopolo, Ermy sempat bernyanyi di sebuah kelab malam Copacobana dan Tropicana di Senayan, kemudian Ermy bertolak untuk diminta bernyanyi di Kuala Lumpur, Singapura, dan Bangkok.

Sepulangnya ke Indonesia tahun 1981, Ermy masih seliweran bernyanyi dari hotel ke hotel sebelum akhirnya Ermy konsisten bernyanyi di sebuah pub milik Rima Melati dan Frans Tumbuan, Jaya Pub. Di Jaya Pub pula Ermy bertemu dengan seseorang bertangan dingin, yang kemudian menjadi rekan fenomenal Ermy dalam bermusik, Ireng Maulana.

Bersama Ireng, Ermy berlenggang menjadi penyanyi top. Album mereka dimulai dengan judul Jazzy Dixie tahun 1983, Cintaku Abadi tahun 1983, Walau Dalam Mimpi tahun 1984, dan puncaknya di tahun 1985 di mana Ermy merilis album Kasih. Album ini membawa Ermy ke puncak klasemen penyanyi jaz wanita saat itu, bahkan hit dan album ini menjadi masterpiece dari Ermy Kullit. Lewat lagu "Rinduku", Ermy berhasil mendapatkan penghargaan Artis Jazz Kontemporer Terbaik AMI Awards tahun 2013. Terakhir, Ermy masih merilis lagu berjudul "Melodi Asmara" satu bulan lalu.

Iga Mawarni

Di-era 1990-an nama Iga Mawarni mentereng sebagai regenerasi senior-seniornya di sektor jaz. Tak perlu waktu lama lewat album keduanya, Kasmaran, di bawah label Jeka Records tahun 1991, Iga sukses memperdengarkan suaranya kepada penikmat musik Indonesia saat itu. Album Kasmaran ini mengantarkan Iga menjadi populer dan berkarakter, ditambah dengan suaranya yang serak dan berat mempertegas kehadiran vokal Iga sebagai penyanyi.

Memang albumnya tidak banyak karena album terakhirnya, Iga Lagi, baru dirilis tujuh tahun setelah Kasmaran, di bawah label Blackboard. Tetapi sebagain karya Iga itu cukup menjadi karya yang monumental dan masih diperdengarkan sampai sekarang. Sebut saja "Kasmaran", "Andai Saja", "Bara", "Ingat Kamu", "Satu Saja Pintaku", "Kepasraha", atau "Gejolak".

Kini Iga sudah jarang terlihat bernyanyi atau menelurkan karya baru. Terakhir Iga bersama Rieka Roslan, Yuni Shara, Andien, dan Nina Tamam membawakan ulang lagu populer dari Utha Likumahuwa, "Tersiksa Lagi" yang dirilis di bawah nama 5 Wanita dalam naungan RPM Music.

Kira-kira itulah rangkuman penyanyi-penyanyi jaz wanita Indonesia yang dapat penulis rangkum. Tentu selain enam di atas, ada banyak penyanyi jaz yang mungkin pembaca kenal, seperti Cici Sumiati, penyanyi yang cukup populer bernyanyi di Oriental Hotel Jakarta dan Jaya Pub, era 1980-an. Cici bersama Christ Kayhatu dan Idang Rasjidi beken lewat lagu andalannya "Sejam Lagi", "Dimabuk Asmara", "Kita Berdua" yang hit di tahun 1986. Intro lagu "Sejam Lagi" menjadi lagu yang mungkin mengilhami lagu "Is it The New Answer" dari Reality Club.

Penulis berharap akan ada regenerasi yang baik untuk meneruskan perjalanan panjang dari penyanyi-penyanyi senior di atas. Baik meregenarasi dengan cara menyanyikan kembali karya-karya mereka, mendengarkan karya-karya mereka, atau bernyanyi di jalur musik yang telah mereka kembangkan ini, yaitu jaz.

Penulis: Mozza Mahardhika

Banner 300x600

RELATED BERITA

RELATED BERITA